Dalam lanskap ekonomi global yang dinamis, investor sering kali dihadapkan pada pilihan sulit: bertahan dengan investasi konservatif atau mengambil risiko lebih besar untuk mengejar pertumbuhan. Laporan terbaru dari DBS Group Research memberikan panduan berharga untuk menavigasi ketidakpastian ini, terutama di tengah isu perang dagang dan tekanan fiskal yang memengaruhi ekonomi Indonesia.
DBS memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% secara tahunan untuk kuartal pertama 2025, sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya. Konsumsi masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri, didukung oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan upah minimum, menjadi pendorong utama. Namun, pemangkasan belanja negara dan basis perbandingan yang tinggi dari tahun pemilu menjadi tantangan tersendiri. Proyeksi ini sedikit berbeda dengan World Bank dan IMF yang merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meskipun demikian, investor perlu mencermati data inflasi. Sempat terjadi deflasi pada Februari 2025, namun kemudian IHK Indonesia kembali melesat dan terpantau inflasi 1,65% mtm pada Maret 2025, dipicu oleh kenaikan permintaan selama Ramadan dan pencairan THR. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi inflasi dapat memengaruhi daya beli dan investasi.
Menghadapi ketidakpastian geopolitik global dan kebijakan tarif, DBS menyarankan diversifikasi portofolio. Alokasi dari saham AS dapat dialihkan ke saham Eropa dan Asia (di luar Jepang), mempertimbangkan prospek pertumbuhan sektor pertahanan Eropa dan teknologi China. Untuk aset pendapatan tetap, overweight pada obligasi investment grade dengan durasi menengah hingga panjang dapat menjadi pilihan bijak, sebagai antisipasi terhadap potensi pemangkasan suku bunga.
Di tengah ketidakpastian pasar publik, aset privat menjadi alternatif yang menjanjikan. Perkembangan kecerdasan buatan (AI) juga menjadi faktor penting. Meskipun memicu volatilitas jangka pendek, adopsi teknologi AI secara luas akan mendorong pertumbuhan jangka panjang dan membuka peluang investasi baru, terutama di sektor teknologi.
Dalam skenario ketidakpastian ekonomi, harga emas diprediksi akan diuntungkan karena meningkatnya permintaan terhadap aset lindung nilai. Investor disarankan untuk mempertimbangkan alokasi pada emas sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio.
Sebagai kesimpulan, dinamika ekonomi dan pasar yang terus berkembang menuntut investor untuk tetap fleksibel dan waspada dalam mengelola portofolio. Strategi investasi yang seimbang, terdiversifikasi, dan berbasis jangka panjang menjadi kunci untuk mencapai tujuan keuangan di tengah ketidakpastian global. Apakah Anda akan memilih strategi bertahan atau menyerang, pastikan keputusan investasi didasarkan pada analisis yang cermat dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasar.