Gejolak ekonomi global seringkali menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi para investor. Kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, dapat memiliki dampak signifikan terhadap pasar keuangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, kebijakan Presiden AS saat itu, Donald Trump, telah memicu serangkaian peristiwa yang membuat Indonesia menjadi tujuan investasi yang menarik. Bagaimana situasi ini memengaruhi prospek investasi di Indonesia, khususnya bagi investor yang tertarik pada aset seperti emas dan instrumen keuangan lainnya? Mari kita bedah lebih dalam.
Pasar keuangan di negara berkembang (emerging market) semakin menarik perhatian investor global, dan Indonesia tidak terkecuali. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dana asing yang masuk ke pasar saham dan instrumen investasi lainnya. Salah satu indikatornya adalah kenaikan Emerging Market Index (EM Index) yang menunjukkan performa positif pasar saham di negara-negara berkembang seperti Brasil dan Indonesia. Kenaikan ini terjadi bersamaan dengan melemahnya indeks dolar AS (DXY), yang memberikan sinyal positif bagi investasi di luar AS.
Sentimen positif terhadap pasar negara berkembang dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk fundamental ekonomi yang membaik, arus modal asing yang masuk, pelemahan dolar AS, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang menarik. Di Indonesia, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi bukti daya tarik pasar keuangan domestik.
Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) saat itu, Destry Damayanti, pelemahan dolar AS menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah. Pelemahan ini sebagian disebabkan oleh penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Moody's, yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump. Kebijakan ini menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan AS, sehingga investor mencari alternatif investasi di negara berkembang dan aset yang aman seperti harga emas.
Arus modal dari AS kemudian masuk kembali ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam bentuk investasi di Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Selain itu, meredanya kekhawatiran terkait perang dagang antara AS dan China juga memberikan sentimen positif bagi pasar saham domestik. Kesepakatan antara kedua negara untuk menurunkan tarif impor memberikan harapan akan stabilitas ekonomi global.
Meskipun pasar negara berkembang menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik, investor juga perlu menyadari risiko yang ada, seperti ketidakstabilan politik, volatilitas nilai tukar, dan ketergantungan pada harga komoditas serta kebijakan suku bunga global. Namun, di tengah ketidakpastian ini, Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menjanjikan.
Data transaksi yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa investor asing melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp14,73 triliun di pasar keuangan domestik pada periode waktu tertentu. Pembelian ini terutama terjadi di pasar saham dan SBN. Arus dana asing yang masuk ini merupakan yang tertinggi dalam beberapa waktu terakhir, yang menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa harga emas juga ikut terdampak dengan adanya sentimen ini.
Lonjakan dana asing yang masuk ke emerging market, termasuk Indonesia, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan pemerintahan Trump, terutama terkait pajak. Defisit pemerintah AS yang meningkat juga membuat investor melepas investasi berdenominasi dolar AS. Hal ini tercermin dari anjloknya indeks dolar dan meningkatnya imbal hasil US Treasury.
Situasi global yang dinamis dengan kebijakan ekonomi negara adidaya yang dapat mempengaruhi pasar keuangan dunia, Indonesia justru menjadi buruan investasi yang menarik, terutama untuk aset seperti emas, SBN, dan saham. Dengan fundamental ekonomi yang terus membaik dan kepercayaan investor yang meningkat, Indonesia menawarkan peluang investasi yang menarik bagi investor lokal maupun internasional. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk diversifikasi portofolio dan meraih potensi keuntungan di tengah gejolak ekonomi global. Investor perlu terus memantau perkembangan pasar, memahami risiko yang ada, dan mengambil keputusan investasi yang cerdas.