Setelah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, pekan ini menjadi momen menggembirakan bagi para investor emas. Bagaimana tidak, logam mulia ini berhasil menutup perdagangan dengan penguatan yang cukup menjanjikan.
Menurut data Refinitiv, pada perdagangan Jumat (5/7/2025), harga emas berada di level US$ 3.336,34 per troy ons, mencatatkan kenaikan sebesar 0,30%. Kenaikan ini menjadi angin segar setelah sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,92% pada hari Kamis. Secara kumulatif, selama sepekan terakhir, harga emas berhasil menguat 1,94%, mengakhiri tren negatif yang terjadi selama dua pekan sebelumnya.
Beberapa faktor utama mendorong kenaikan harga emas ini. Pertama, pelemahan nilai tukar dolar AS memberikan dampak positif. Mengingat transaksi emas dunia menggunakan dolar AS, pelemahan mata uang ini membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi investor yang tidak memegang dolar, sehingga meningkatkan permintaan.
Kedua, ketidakpastian global, khususnya terkait kebijakan fiskal Presiden AS dan ketegangan perdagangan, mendorong investor untuk mencari aset safe-haven seperti emas. Kekhawatiran terhadap situasi fiskal AS dan tenggat waktu negosiasi dagang menjadi pemicu utama peningkatan permintaan ini.
Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades, menyampaikan bahwa kekhawatiran terhadap situasi fiskal di AS, yang dipicu oleh kebijakan pemotongan pajak besar-besaran, serta ketidakpastian menjelang tenggat waktu terkait tarif, telah meningkatkan permintaan terhadap aset safe-haven.
Giovanni Staunovo, analis komoditas UBS, menambahkan bahwa data ketenagakerjaan AS terbaru mengindikasikan perlambatan ekonomi, meskipun belum mencapai titik henti. Hal ini mengurangi tekanan terhadap The Fed untuk segera menurunkan suku bunga. Kondisi ini tentu menjadi perhatian bagi investor emas yang mengharapkan penurunan suku bunga untuk mendorong harga emas lebih tinggi.
Beberapa bank investasi terkemuka telah merevisi proyeksi harga emas ke arah yang lebih positif. HSBC menaikkan perkiraan harga emas rata-rata untuk dua tahun ke depan, sejalan dengan meningkatnya risiko geopolitik dan tingginya permintaan investor terhadap emas batangan.
Goldman Sachs juga menyampaikan pandangan optimis, memperkirakan harga emas akan mencapai US$3.700 per troy ons pada akhir tahun ini dan US$4.000 per troy ons pada pertengahan tahun 2026, dengan potensi kenaikan hingga US$4.500 per troy ons dalam skenario risiko ekstrem.
JP Morgan bahkan lebih optimistis, memperkirakan harga emas akan melampaui US$4.000 per troy ons pada tahun depan. Proyeksi ini didasarkan pada meningkatnya kemungkinan resesi di tengah kenaikan tarif AS dan perang dagang AS-China yang berkelanjutan. Bank ini memperkirakan harga emas akan mencapai rata-rata US$3.675 per troy ons pada kuartal IV 2025, dan menembus US$4.000 per troy ons pada kuartal kedua 2026. Risiko kenaikan harga bisa lebih cepat jika permintaan melampaui ekspektasi.
Kenaikan harga emas saat ini didorong oleh kombinasi faktor, termasuk pelemahan dolar AS, ketidakpastian geopolitik, dan permintaan aset safe-haven. Proyeksi dari bank-bank investasi terkemuka memberikan gambaran optimis bagi investor emas, meskipun perlu diingat bahwa proyeksi ini juga mempertimbangkan berbagai risiko dan ketidakpastian di pasar global.
Bagi investor yang telah memiliki emas, ini adalah kabar baik yang patut disyukuri. Namun, bagi investor yang baru mempertimbangkan untuk berinvestasi di emas, penting untuk melakukan riset lebih lanjut dan mempertimbangkan profil risiko masing-masing sebelum mengambil keputusan. Apakah Anda siap memanfaatkan momentum kenaikan harga emas ini? Pelajari lebih dalam, dan buat keputusan investasi yang cerdas!