Setelah sempat menguat, harga emas mengalami koreksi pada perdagangan hari ini. Sentimen ini muncul setelah adanya pembicaraan antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, yang menyepakati kelanjutan negosiasi terkait sengketa perdagangan. Kesepakatan ini memicu penurunan harga emas, yang sebelumnya dianggap sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Namun, penurunan ini justru dapat dilihat sebagai peluang menarik bagi investor. Analis dari TD Securities, Daniel Ghali, menyebutkan bahwa meredanya ketegangan antara AS dan China mengurangi daya tarik logam mulia. Akan tetapi, faktor lain seperti ekspektasi terhadap kebijakan The Fed yang lebih dovish akibat melemahnya pasar tenaga kerja AS, berpotensi menopang kembali harga emas.
Pada perdagangan hari ini, harga emas spot tercatat turun 0,7% menjadi US$3.351,69 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga mengalami penurunan serupa, ditutup melemah 0,7% di posisi US$ 3.375,10. Di sisi lain, harga perak justru melonjak 1,9% menjadi US$ 35,61, mencapai level tertinggi sejak Februari 2012.
Meskipun terjadi penurunan, fundamental emas sebagai aset lindung nilai tetap kuat. Pembelian emas oleh bank sentral di berbagai negara diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2025, sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa. Selain itu, kondisi suku bunga rendah juga menjadikan emas sebagai investasi yang menarik karena tidak memberikan imbal hasil.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, investor perlu mencermati perkembangan pasar dan memanfaatkan momentum penurunan harga emas sebagai peluang untuk menambah portofolio investasi. Pantau terus harga emas hari ini dan buat keputusan investasi yang cerdas.