Ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah, dipicu oleh aksi Amerika Serikat, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, terutama terkait dampaknya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sentimen negatif ini diperkirakan akan terus membayangi pergerakan IHSG dalam beberapa waktu ke depan. Mari kita telaah lebih dalam potensi risiko dan strategi investasi yang bisa diterapkan.
IHSG menunjukkan pelemahan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, mencapai titik terendah dalam sebulan terakhir. Keputusan AS untuk meningkatkan tensi konflik antara Israel dan Iran menjadi katalis utama. Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menekankan bahwa keterlibatan AS menambah ketidakpastian global dan berpotensi mendorong lonjakan harga energi. Respons Iran terhadap situasi ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, yang akan menentukan arah pergerakan pasar selanjutnya.
Secara teknikal, IHSG telah menembus level psikologis 7.000 dan membentuk pola double top, yang mengindikasikan potensi penurunan lebih lanjut. Target penurunan berikutnya berada di kisaran 6.700, yang bertepatan dengan level support dari high candle sebelumnya. Dalam situasi seperti ini, investor perlu berhati-hati dan mempertimbangkan strategi yang tepat.
Di tengah ketidakpastian global, aset safe haven seperti harga emas menjadi pilihan menarik bagi investor. Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa potensi pembalasan Iran dapat mengganggu pasokan global dan mendongkrak harga minyak dan batu bara. Hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi saham-saham sektor energi dan komoditas. Namun, perlu diingat bahwa dolar AS juga akan diuntungkan sebagai aset safe haven, meskipun berisiko terdepresiasi terhadap harga komoditas.
Selain geopolitik, pelaku pasar juga perlu mencermati data ekonomi penting dari AS, terutama data Core PCE (Personal Consumption Expenditures) sebagai indikator inflasi utama The Fed. Jika inflasi tetap tinggi, The Fed berpotensi mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, yang dapat memicu arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Pidato Jerome Powell di hadapan Kongres AS juga akan menjadi penentu arah pasar global selanjutnya.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyoroti bahwa kenaikan harga minyak mentah dapat menambah beban fiskal bagi Indonesia. Setiap kenaikan US$ 1 pada harga minyak (ICP) di atas asumsi APBN dapat menambah beban sekitar Rp7 triliun. Jika tren ini berlanjut, defisit APBN berpotensi meningkat dan menekan kredibilitas fiskal serta sentimen terhadap rupiah. Josua memperkirakan rupiah dapat tertekan di kisaran Rp16.350/US$ - Rp16.500/US$ dalam waktu dekat.
Dalam kondisi pasar yang volatil, diversifikasi aset menjadi kunci utama. Investor dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian portofolionya ke aset safe haven seperti harga emas hari ini. Selain itu, saham-saham sektor energi dan komoditas juga dapat menjadi pilihan menarik, namun perlu dilakukan analisis fundamental yang mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Investor juga perlu mencermati perkembangan data ekonomi global dan kebijakan moneter The Fed untuk mengantisipasi potensi risiko dan peluang di pasar.
Selain itu, perlu diperhatikan juga sentimen dari dalam negeri. Momentum pembagian dividen oleh beberapa emiten besar, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), perlu dicermati karena berpotensi memicu aksi ambil untung dan repatriasi. Namun demikian, penurunan valuasi saham dapat membuka peluang akumulasi bagi investor jangka menengah hingga panjang.
Konflik geopolitik di Timur Tengah dan faktor ekonomi global lainnya menciptakan ketidakpastian di pasar saham. Investor perlu berhati-hati dan menerapkan strategi diversifikasi yang tepat untuk melindungi portofolio dari risiko. Aset safe haven seperti emas dan saham-saham sektor energi dapat menjadi pilihan menarik di tengah gejolak pasar. Tetaplah waspada dan terus pantau perkembangan pasar untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.