Bagaimana implikasi perubahan status emas di perbankan Amerika Serikat terhadap potensi keuntungan investasi Anda? Mulai Juli 2025, emas akan diakui sebagai aset Tier 1 oleh bank-bank di AS berdasarkan kerangka Basel III. Perubahan signifikan ini memicu spekulasi tentang lonjakan permintaan dan dampaknya pada harga emas di pasar global.
Sebelumnya, emas dikategorikan sebagai aset Tier 3 dalam kerangka Basel I dan II. Peningkatan status menjadi Tier 1 menandakan pengakuan yang lebih tinggi terhadap nilai emas sebagai aset yang likuid dan aman. Hal ini diprediksi akan mendorong bank-bank, tidak hanya di AS tetapi juga secara global, untuk meningkatkan alokasi mereka ke emas sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas dan mitigasi risiko.
Sebagai gambaran, pada penutupan perdagangan Jumat, 23 Mei 2025, harga emas berhasil mencapai US$ 3.356,99 per troy ons, melonjak sebesar 1,91%. Kenaikan ini mengantarkan emas kembali ke level US$ 3.300 dan mencatatkan rekor harga penutupan tertinggi dalam 12 hari terakhir. Secara mingguan, harga emas juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 4,83%, mengakhiri tren penurunan yang terjadi pada minggu sebelumnya. Lonjakan mingguan ini menjadi yang tertinggi sejak pertengahan April 2025.
Perubahan regulasi di AS ini berpotensi memiliki efek domino terhadap pasar emas global. Dengan semakin banyak bank yang mengakui emas sebagai aset Tier 1, permintaan terhadap logam mulia ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Akibatnya, investor dapat menyaksikan apresiasi nilai emas dalam jangka menengah hingga panjang.
Indonesia termasuk negara yang dengan cepat mengadopsi Basel III, terutama dalam perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit, yang sudah dimulai sejak Januari 2023 (SEOJK No.24/SEOJK.03/2021). Aturan ini memungkinkan emas dikategorikan sebagai aset kas dan setara kas, sehingga dapat digunakan sebagai jaminan kredit.
Penggunaan emas sebagai agunan kredit jangka menengah hingga panjang diprediksi akan semakin populer. Apalagi dengan adanya bullion bank dan smelter emas di Gresik, yang akan mendukung tren ini.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas semakin dilihat sebagai aset safe haven. Permintaan emas diperkirakan akan terus meningkat, yang dapat mendorong harga emas menuju level yang lebih tinggi. Beberapa analis bahkan memproyeksikan harga emas bisa mencapai US$ 3.800 per troy ons.
Menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, jika harga emas berhasil menembus level $3.500, ada peluang besar untuk langsung naik ke $3.800.
Harga emas saat ini menunjukkan momentum positif, didorong oleh perubahan regulasi di AS dan sentimen pasar yang kuat. Bagi investor, ini adalah peluang untuk mempertimbangkan alokasi aset ke emas sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio. Dengan potensi kenaikan harga yang signifikan, emas dapat menjadi lindung nilai yang efektif terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Apakah Anda siap memanfaatkan potensi emas sebagai aset unggulan?