Setelah sempat memanas, tensi geopolitik antara Iran dan Israel mereda, turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Sentimen ini, ditambah dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed, membuat harga emas mengalami tren penurunan (bearish).
Pada hari Rabu (26/06), harga emas spot tercatat berada di level US$ 3.301 per ons troi, menunjukkan penurunan sebesar 1,21% dalam sepekan terakhir. Senada dengan itu, harga emas Antam juga mengalami penurunan sebesar 0,56% dalam periode yang sama, menjadi Rp 1.932.000 per gram.
Menurut Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi salah satu faktor utama pelemahan harga emas. Ketika The Fed mengisyaratkan penurunan suku bunga yang lebih lambat, daya tarik emas sebagai aset safe haven berkurang.
Brahmantya Himawan, Analis Finex Solusi Future, menambahkan bahwa pasar kini lebih meyakini pemotongan suku bunga akan terjadi pada pertemuan The Fed di bulan September. Ia menilai, area US$ 3.100 - US$ 3.200 berpotensi menjadi titik masuk yang menarik untuk emas spot, sementara untuk emas Antam, level support berada di sekitar Rp 1.700.000.
Meskipun demikian, para analis optimis harga emas akan kembali rebound di akhir tahun. Sutopo memproyeksikan harga emas spot dapat mencapai US$ 3.400 - US$ 3.500 per ons troi, dan emas Antam di kisaran Rp 1.800.000 - Rp 2.000.000 per gram.
Dengan tren bearish yang sedang berlangsung, apakah ini saat yang tepat untuk mulai mengakumulasi emas? Pantau terus perkembangan pasar dan sesuaikan strategi investasi Anda dengan profil risiko masing-masing.